Intervensi bermakna campur tangan jika ia dilakukan oleh yang memiliki kuasa kepada para budak. Jika dilakukan sebaliknya [oleh budak kepada para tuannya], maka ia lebih layak disebut pemberontakan.--Lettrist International
Tadi malam, dengan sengaja saya membuka Facebook sembari melihat beberapa postingan dari kawan-kawan di jejaring media sosial ini. Melakukan aktifitas ini tanpa harus mengaktifkan chat, merupakan kebiasaan yang terus saya pelihara dengan sengaja. Seorang kawan pernah mengatakan bahwa kegiatan itu dinamakan stalking, dan itu berarti bahwa saya adalah seorang stalker. Namun seperti biasa, sebagai seorang hipster, saya tak terlalu peduli dengan penilaian orang. Sepanjang saya menikmatinya, saya sudah cukup senang.
Dan memang tak salah. Saya menemukan satu posting yang cukup menarik yang diunggah oleh Man, kawan asal Malaysia. Sebuah link video berdurasi cukup singkat mengenai Libertad Fest 2013 yang digagas di salah satu di antara jejeran pulau di Kepulauan Seribu. Mereka menyebutnya Poison Island. Keren kan namanya?
Video tersebut menampilkan sebuah olimpiade bir estafet yang lebih menyerupai single triathlon yang lucu di mana para peserta mesti berlari dari satu titik ke titik lain dan meminum habis sekaleng bir dengan menggunakan sedotan. Sungguh sebuah ide yang seharusnya lebih sering dilakukan.
Dalam video, tampak beberapa wajah yang saya kenal sebagai scenesters Bandung. Terus terang, saya larut dalam video itu hingga menontonnya hingga selesai. Hingga akhirnya seperti biasa, lepas sebuah video yang ditonton, YouTube akan menutupnya dengan caption-caption dari video lain yang dianggap berhubungan.
Termasuk video mengenai aksi okupasi panggung oleh Kontra Sosial di ajang Obscene Extreme Asia (OEA) April 2013. Saya menggerakkan mouse ke arah video itu, dan click.
Dan, saya menonton video ini hingga selesai. Melompat dari satu bagian ke bagian lain hingga benar-benar tuntas.
Karena penasaran dengan perdebatan di dalam video tersebut, saya beberapa kali harus menggerakkan video mundur beberapa detik ke belakang. Saya tak ingin kehilangan detil tentang hal ini. Usai menonton bagian terakhir, saya kembali memutar bagian pertama. Hal ini juga saya lakukan beberapa kali agar saya yakin betul dengan apa yang saya dengar dari debat yang terjadi di dalam video-video tersebut.
Meskipun sebenarnya, hal ini bukan hal yang baru di telinga saya. Aksi okupasi panggung oleh Kontra Sosial di OEA 2013, memang mengundang pro-kontra. Ada yang sepakat, namun tak sedikit yang mencibir aksi ini. Beberapa menilai bahwa intervensi Kontra Sosial dilakukan pada momen yang tepat. Sedang pihak lain menuduh aksi ini sebagai aksi sensasional belaka untuk mendongkrak popularitas.
Untuk argumen yang terakhir ini, sungguh tak lucu namun mampu membuat saya tersenyum kala mendengarnya dahulu.
Komunike aksi yang sempat dibacakan oleh Ebby, sang vokalis, tak lama kemudian dipublikasikan di weblog Kontra Sosial.
Yang menarik dalam video ini adalah perdebatan soal etos DIY (Do It Yourself) dan keterlibatan korporasi antara Mike, vokalis band punk papan atas, Marjinal, dengan personil Kontra Sosial, yang mana ikut melibatkan individu lain seperti Ambon seorang scenester punk asal Jakarta dan seorang lagi yang tak saya kenal yang tampak bersemangat mendebat Kontra Sosial.
Kesimpulan prematur sekaligus tentu saja subjektif dari saya, selepas menonton video itu adalah, betapa telah adanya kerelaan massal ketika etos DIY disanding mesra dengan dagelan korporasi. Semenjak "tak ada yang bisa lari kapitalisme", jika meringkas argumen Mike Marjinal. Argumen yang tentu saja secara tekstual tampak sangat benar karena segala sesuatu yang hari ini kita miliki (properti benda, ruang, waktu, teknologi dan instrumen pendukung lain) merupakan produk atau komoditi yang diperjual belikan dengan nominal tertentu dan keuntungan yang telah diprediksikan. Dengan kata lain, hari ini anti-kapitalisme tak lebih dari rongsokan masa lalu dan tentu saja usang untuk hadir kembali hari ini.
Tapi apakah argumen Mike Marjinal sungguh tak terbantahkan, dengan mengajukan contoh tentang kaos, tinta sablon hingga pedagang kaki lima, hingga kemudian aksi simbolik-praktikal seperti okupasi panggung yang dilakukan oleh Kontra Sosial, tak layak lagi mendapat tempat? Lantas, Mike menyamaratakan okupasi tersebut dengan tindakan Front Pembela Islam (FPI) yang mengganggu kebebasan orang lain?
Ya. Mike Marjinal memang benar. Sangat benar.
Bahwa hari ini tak ada yang bisa lari dari kapitalisme tak bisa disangkal. Bahwa kita semua adalah konsumen dan pion dalam transaksi ekonomi yang menguntungkan minoritas, adalah tepat adanya. Bahwa orang-orang seperti Mike merasa terganggu ketika ada yang masih mengusung utopia tentang perlawanan, tentu merupakan sikap yang tepat.
Argumentasi Mike (dan semua yang bersepakat dengannya) di atas merupakan realitas dari wajah mayoritas dari khalayak underground yang telah mengangkat tinggi-tinggi kedua tangan mereka sembari mengibarkan bendera putih dengan gembira. Kebahagiaan di mana sejak bertahun-tahun lalu, seluruh energi pemberontakan telah menandatangani perjanjian damai dengan apa yang dahulu mereka tuduh sebagai musuh. Bahwa hari ini, etos DIY sudah dipandang sebagai senjata yang mesti dilucuti agar kesepakatan dapat berlangsung di meja perundingan. Itu mengapa sejak meredupnya euforia turunnya Jenderal Soeharto pada Mei 1998, pandangan visioner tentang kehidupan yang lebih kompromis menjadi tuntutan yang paling mendasar. Dan semua degradasi itu dilakukan dengan tanpa paksaan.
Prinsip-prinsip yang dahulu menjadi penanda antara mereka yang berada di higherground dan underground mesti ditiadakan. Sebabnya, pembeda-pembeda itu adalah tembok penghalang dari unifikasi yang telah lama dicita-citakan, mengenai pengakuan akan eksistensi dan berbagai tipikal kebebasan parsial sejenis. Demi sebuah masyarakat yang harmonis, seluruh utopi yang berdaya ledak tak boleh lagi mendapat tempat. Tak boleh bahkan hanya sejengkal.
Sikap Mike pada video itu tepat sekali, dengan mengambil posisi secara terbuka sebagai juru bicara mereka yang telah mencukur habis seluruh daya teror dan ledak dari komunitas underground. Bahwa penolakan terhadap 7-11 (Seven Eleven) yang dikumandangkan oleh Kontra Sosial, tentu saja mengancam perjanjian damai yang telah ditanda tangani bertahun-tahun lampau. Pendek kata, sikap Kontra Sosial dan Ambon, adalah watak separatis yang mengancam keutuhan dan integrasi menyeluruh dari masyarakat underground yang hingga kini terus mengkampanyekan pengakuan eksistensi dari masyarakat higherground.
Bahwa suara-suara penolakan mesti dibungkam secepat mungkin, sebelum ini menjalar dan menjadi wabah yang tentu saja dapat membahayakan semua capaian paska perjanjian damai tersebut.
Mike Marjinal dalam pandangan saya bukan seorang yang ahistoris. Sebaliknya, ia paham betul tentang sejarah. Yang mana telah dibuktikan berkali-kali, bahwa sekecil apapun kemungkinan yang terbuka untuk sebuah pemberontakan, ia akan menjalar seperti api dan menghanguskan keseluruhan konstruksi yang telah susah payah dibangun. Dan itu mengapa secepat mungkin Mike mengambil inisiatif sebagai pemadam kebakaran sebelum semuanya menjadi tidak terkendali, menjadi chaos.
Etos DIY adalah kuburan tanpa nama. Ia tak boleh lagi disebut, seperti haramnya nama Voldemort diucapkan oleh para penyihir lain di film Harry Potter. Sebisa mungkin, mesti ada upaya menghalangi bagi siapapun yang mencoba menziarahi atau bahkan mencoba menghidupkan kembali DIY. Generasi hari ini mesti diajarkan bahwa kehidupan hari ini baik-baik saja dan mesti dipertahankan. Kalau memungkinkan, seluruh memori tentang aksi-aksi pemberontakan di masa lampau mesti disalib hingga mampus lalu dibakar, kemudian abunya di buang ke dalam lubang yang paling dalam. Semua demi menutup pintu-pintu kemungkinan, seperti argumen berbahaya dari Billy Anjing di video tersebut. Karena hari ini, akta perjanjian itu terlihat masih sangat rapuh dengan keberadaan individu-individu seperti para personil Kontra Sosial dan Ambon. Itu mengapa segala upaya untuk menjaganya mestilah berada di level paling maksimal.
Okupasi panggung oleh Kontra Sosial yang diawali dengan pembacaan komunike hingga dirangkai dengan open mic, tentu adalah kecerobohan yang tak boleh lagi terulang di hari esok. Paling tidak jangan sampai di Obscene Extreme Asia 2014 nanti, ada pihak-pihak yang mengulang aksi tersebut. Karena jika sampai itu terulang, itu adalah gejala-gejala awal yang mesti diwaspadai tentang tersebarnya virus pembangkangan. Sungguh akan menjadi hal yang tidak pantas, memalukan sekaligus merupakan serangan telak bagi Mike Marjinal dan mereka yang berada sebarisan dengannya.
BalasHapus"Bahwa suara-suara penolakan mesti dibungkam secepat mungkin, sebelum ini menjalar dan menjadi wabah yang tentu saja dapat membahayakan semua capaian paska perjanjian damai tersebut."
wah mesti dibungkam? otoriter sekali mz, kayak soeharto aja haha. didiskusiin aja lah biar lebih enak, kasih pengertian.
btw, tulisan lo bagus. analoginya keren